Sejarah Desa Cisontrol
- Sejarah Desa (Sasakala)
- Sasakala
Diantara dua Desa terpencil, yaitu Desa Kubang dan Desa Cikuda, terdapat perguruan yang bernama GEGER SUNTEN, yang didirikan sejak jaman Ciung Wanara. Perguruan ini sangat penting artinya bagi pendidikan kawula muda Padjajaran, lagi pula Prabu Siliwangi memandang perlu bagi penyelamatanya dari serangan Islam. Beliau mengutus KI RAKSADIGIRI untuk memimpin sekaligus mempertahankanya. Misi tersebut diperkuat dengan 3 (tiga) pasukan prajurit Padjajaran di bawah pimpinan KI SACAYUDA yangg di bantu oleh : Ki Sogati, dan Ki Bagus disamping itu, diikutsertakan pula :Mbah Aryani sebagai ( seorang dukun dan Guru Ki Raksadigiri ) dan Ki Bangsamanggala (putra Kuwu Kubang) keduanya ditugaskan untuk membantu pelaksanaan pemerintah Desa yang digabung tersebut.Tempat yang dipilih untuk kubu dan pusat pemerintahan yaitu Puncak Lengkong Agung yang terletak di atas sebuah bukit yang dikelilingi sebuah sungai, yang mengalir dari sebelah timur melingkar ke Utara, Barat dan terus ke Selatan.
- Asal Mula Nama Cisontrol
Bukit kubu pertahanan/pusat pemerintahan kedua Desa yang digabung itu menjorok ke sebelah Utara mengahadap Rawa Mandala, sehingga bentuknya seperti moncong binatang buas yang akan menerkam mangsanya, yang dalam bahasa sunda disebut NYONTROL ( kata asalnya SONTROL ). Kata asal tersebut kemudian dilengkapi dengan CI didepannya ( CI artinya sungai ) sehingga menjadi Cisontrol. Cisontrol juga mengandung arti suatu tempat yang terletak di tepi sungai dan sungai itu sendiripun dinamai sungai Cisontrol.
- Masa pemerintahan kuwu (kepala desa) raksadigiri.
Kuwu Raksadigiri dengan dibantu kelima pembantunya secara bersama-sama dengan prajurit dan rakyat, membangun Balai Desa, barak-barak dan pos-pos penjagaan sudah dapat diselesaikan dalam jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Untuk meningkatkan penghidupan dan kesejahteraan rakyat, terutama mengenai lahan pertanian pangan, yang pada waktu itu hanya diperoleh dengan cara berladang, maka rawa mandala yang cukup luas dikeringkan dengan cara memperdalam saluran pembuangan air rawa tersebut yaitu di gunungwaja. Setelah rawa mandala kering, semua rakyat dan di bantu para prajurit, beramai-ramai membangun sawah, dan sawah tersebut dibagi menjadi bengkok perangkat Desa dan sawah kanomeran ( cadangan kerja Desa ).
- Masuknya Islam Ke Cisontrol
Kiyai Mas Cilik yang diutus dari Kesultanan Cirebon datang ke Cisontrol untuk mengajak KI RAKSADIGIRI dan rakyatnya masuk Islam, yang selanjutnya diikuti oleh pasukan Islam dibawah pimpinan KI ARDAEN dengan di bantu oleh : Banu Kerti, Banu Raga, Banu Wangsa dan Banu Rasa namun tidak di terima dengan baik oleh KI RAKSADIGIRI dan pasukan Hindu. Maka terjadilah peperangan antara pasukan Islam dan pasukan Hindu, yang pada akhirnya, 4 pemimpin pasukan Hindu menyerah tanpa syarat, hanya KI RAKSADIGIRI yang bisa lolos dari kancah peperangan tersebut. Cisontrol mengakui kalah dan pemimpin beserta rakyatnya masuk Islam. Kemudian pimpinan tertinggi ( Kuwu ) di jabat oleh KI ARDAEN. Sejak itulah Cisontrol yang semula termasuk wilayah Kerajaan Padjajaran masuk ke wilayah Kesultanan Cirebon. Balai Desa yang didirikan oleh KI RAKSADIGIRI, kemudian oleh KI ARDAEN dipindahkan ke lokasi yang sekarang ini. KI ARDAEN memimpin Desa Cisontrol kurang lebih 5 tahun, karena dipanggil pulang ke Cirebon maka sebagai gantinya(sebagai kuwu Cisontrol) adalah BANGSAMANGGALA.
- Nama-Nama Kepala Desa ( Kuwu ) Desa Cisontrol
- Raksadigiri dari Padjajaran : Sekitar Tahun 1570
- Ardaen dari Cirebon : –
- Bangsa Manggala : –
- Merta Mangggala : –
- Bangsayuda : –
- Mertayuda : –
- Suminta : –
- Singawijaya : –
- Jayasasmita : –
- Suryadimaja : –
- Wirasasmita : –
- Eba Wiradinata : Tahun 1964 – 1988
- Aleh Wiradijaya : Tahun 1988 – 1996
- Hasan, Bsc : Tahun 1996 – 2006
- Rosad Setiawan. BA : Tahun 2007 – 2012
- Waryono : Tahun 2013 sampai sekarang
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin